Telingaan Aruu, Tradisi Kuping Panjang Khas Suku Dayak yang Mulai Ditinggalkan


Pakat Dayak on Twitter "Gadis cantik Dayak Bahau Busang ini jadi idola penggila photography

MEMANJANGKAN telinga memang sudah jadi tradisi turun-temurun suku Dayak di Kalimantan. Selain simbol kecantikan untuk wanita dan kebangsawanan bagi pria, telinga panjang juga sebagai identitas Dayak. Mengutip dari i ndonesia.go.di, tradisi memanjangka telingan dalam suku Dayak dikenal dengan istilah "telingaan aruu".


Tak Terlupakan, Menari Dengan Suku Dayak di Kalimantan

18/10/2023. Leonard Triyono. 0:00 0:11:42. Memanjangkan telinga adalah tradisi perempuan Dayak di pedalaman Kalimantan. Namun, adat kebiasaan turun-temurun itu mulai sulit ditemukan. Mengamati fenomena ini, seorang fotografer mengabadikan warisan budaya itu dalam sebuah buku antropologi fotografi. Teruskan.


Telingaan Aruu, Tradisi Kuping Panjang Khas Suku Dayak yang Mulai Ditinggalkan

Suku Dayak Kalimantan mengenal sebuah tradisi unik, di mana kecantikan seorang tidak dinilai dari wajah, namun dari telinga mereka. Tradisi ini dikenal dengan telingaan aruu atau tradisi telinga.


ONAL MAJAN !! Pemuda Pewaris Telinga Panjang Suku Dayak ! YouTube

Tradisi ini hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di pedalaman Kalimantan, seperti suku Dayak Kenyah, Bahau, Penan, Kelabit, Sa'ban, Kayan, Taman dan Punan. Tradisi telingaan aruu ini dilakukan sejak bayi yang diawali dengan ritual mucuk penikng atau penindikan daun telinga. Kemudian dipasangi benang sebagai pengganti anting-anting.


Tak Terlupakan, Menari Dengan Suku Dayak di Kalimantan

Ya, semakin panjang telinga seorang wanita Dayak, maka ia akan semakin cantik. Cuping telinga berhias anting, berwarna perak, berbentuk huruf O, polos dan besar. Anting khas Suku Dayak inidisebut hisang. Tak hanya 1 atau 2 saja, jumlah hisang di telinga wanita sesuai dengan usia mereka.


Telinga Panjang Suku Dayak, Wujud Kecantikan Para Bangsawan

Salah satunya, tradisi kuping atau telinga panjang yang dikenal khas dari suku Dayak. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut penjelasan asal usul kuping panjang dari suku Dayak dirangkum MNC Portal dari berbagai sumber. Secara umum, kecantikan dilihat dari wajah, namun berbeda dengan Suku Dayak.


Wild Borneo Expedition Central Kalimantan & the Derawan Islands 14 Days kimkim

Telingaan Aruu adalah tradisi memanjangkan telinga oleh orang-orang dari Suku Dayak. Tradisi memanjangkan telinga di kalangan Suku Dayak ini telah lama dilakukan secara turun temurun.


Jual topi mahkota etnik dayak Borneo aksesoris pakaian adat dayak kostum tari dayak fashion adat

Bagi masyarakat suku Dayak, telinga aruu merupakan identitas kebangsawan, semakin panjang telinganya maka akan dianggap semakin cantik. Selain itu, tradisi ini juga mengajarkan wanita suku Dayak Kenyah untuk menahan derita. Tetapi, tradisi ini dilakukan juga oleh kaum pria yang akan menjadi simbol kebangsawanan.


Dayak elder CIFOR Knowledge

Telinga yang telah dilubangi dibiarkan begitu saja hingga terlihat seperti lubang besar yang menyerupai angka nol. Bagi Suku Dayak Iban, telinga panjang memiliki tujuan yang lain yaitu melatih kesabaran melalui adanya manik-manik yang cukup berat yang menempel pada telinga dan harus digunakan setiap hari.


Pakat Dayak on Twitter "Gadis cantik Dayak Bahau Busang ini jadi idola penggila photography

Film dokumenter ini mampu memberikan informasi secara nyata mengenai kehidupan dan proses serta sejarah tradisi telinga panjang suku Dayak kepada masyarakat. Teling'o Radu is a tradition of lengthening the ears of the Dayak tribe which has been passed down from generation to generation by their ancestors. Long ears are interpreted as a symbol.


Telinga Panjang Suku Dayak, Wujud Kecantikan Para Bangsawan

Data Yayasan Telinga Panjang, saat ini tak lebih dari 100 perempuan Dayak yang memiliki cuping telinga panjang. Baca juga: Mulai Punah, Tradisi Kuping Panjang Simbol Kecantikan Perempuan Dayak. Sebanyak 60 persen perempuan kuping panjang ada di Kabupaten Mahakam Ulu termasuk dua perempuan Dayak Bahau, nenek Tipung dan Kristna.


Tradisi Memanjangkan Telinga Suku Dayak Kalimantan ! YouTube

Tradisi yang sudah mulai ditinggalkan. Sayangnya dengan berkembangnya zaman, tradisi telingaan aruu perlahan juga ditinggalkan. Generasi muda suku Dayak yang lahir di era 1960-an mulai enggan memanjangkan daun telinga, Meski hingga kini ritual mucuk penikng atau penindikan masih tetap dilakukan, namun ritual tersebut tidak lagi dilanjutkan.


Potong Telinga, Putusnya Identitas Suku Dayak Spektakel

Berdasarkan aturannya, perempuan dari Suku Dayak dapat memanjangkan telinga hingga dada.Untuk laki-laki memanjangkan telinga hingga bawah dagu. Telinga panjang sebagai simbol kecantikan di Suku Dayak dan menunjukkan status kebangsawanan dan melatih kesabaran. Baca juga: Ngayau, Tradisi Turun-temurun dari Suku Dayak. Tari Kancet Papatai


980+ Suku Dayak Foto Stok, Potret, & Gambar Bebas Royalti iStock

Suku Dayak adalah nama yang diberi penjajah kepada penghuni pedalaman pulau Borneo yang tinggal di pulau Kalimantan. Kalimantan sendiri terbagi menjadi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan. Di Kalimantan, ada 5 atau 7 suku asli, yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau, dan Tidung.


Jual PEWARIS TELINGA PANJANG HIJAU ARMY / KAOS DAYAK / ORNAMEN DAYAK / MOTIF DAYAK / BAJU DAYAK

KOMPAS.com - Suku Dayak di Kalimantan mengenal sebuah tradisi unik di mana kecantikan seorang wanita tidak dinilai dari wajah, namun dari telinga mereka.. Tradisi ini dikenal dengan telingaan aruu atau tradisi kuping panjang di mana daun telinga wanita suku Dayak sengaja dibuat menjuntai panjang dengan anting pemberat.. Baca juga: Jenis-jenis Tari Kancet Suku Dayak Kenyah


ICCAs in Southeast Asia July September 2020 Quarterly Snapshot Updates ICCA Consortium

Tradisi ini dikenal sebagai kuping panjang, di mana telinga wanita suku Dayak sengaja dibuat menjuntai panjang menggunakan anting pemberat. Dalam jurnal berjudul "Kontruksi Makna Anting-anting Sebagai Penunjuk Strata Sosial Pada Wanita Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur" (2015) oleh Fenny Hana, menyebutkan tidak semua masyarakat suku Dayak.

Scroll to Top